Kamis, 27 Mei 2010

Sosok Pembaharu Bukanlah Pengacau Agama Politikus atau Pemberontak

penulis Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Syariah Hadits 24 - Maret - 2006 20:26:38
Sulaiman ibnul Asy’ats As-Sijistani yg lbh dikenal dgn kunyah Abu Dawud rahimahullahu berkata: Sulaiman bin Dawud Al-Mahri telah menyampaikan kepadaku ia berkata: Ibnu Wahb telah menyampaikan kepadaku ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Sa’id bin Abi Ayyub dari Syarahil bin Yazid Al-Ma’afiri dari Abu ‘Alqamah dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau pernah bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْعَثُ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِئَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا
“Sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus bagi umat ini di penghujung tiap seratus tahun seseorang yg mentajdid agama umat ini.”
Hadits ini Diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud As-Sijistani rahimahullahu dlm Sunan- no. 4291. Dikeluarkan pula oleh Al-Imam Abu ‘Amr Ad-Dani dlm As-Sunan Al-Waridah fil Fitan no. 364 Al-Imam Al-Hakim dlm Mustadrak- 4/522 dan selain mereka seperti Al-Imam Al-Baihaqi Al-Khathib dan Al-Harawi.
Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu menshahihkan hadits ini dlm Shahih Abi Dawud Ash-Shahihah no. 599 dan Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 1874. Beliau berkata: “Sanad hadits ini shahih para perawi tsiqah merupakan perawi yg diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu .”
Beliau juga mengatakan: “: Al-Imam Ahmad rahimahullahu mengisyaratkan shahih hadits ini. Adz-Dzahabi menyebutkan dlm Siyar A’lam An-Nubala` : “Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu dari beberapa jalan periwayatan dari beliau: Sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala mendatangkan bagi manusia di penghujung tiap seratus tahun seseorang yg mengajari mereka sunnah-sunnah dan meniadakan/ menolak kedustaan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam” Al-Imam Ahmad rahimahullahu berkata lagi: “Maka kami pun melihat orang yg demikian sifat ternyata pada akhir seratus tahun orang itu adl Amirul Mukminin ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu dan pada akhir seratus tahun berikut orang itu adl Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu.”
Makna Hadits
Yang dimaksud dgn umat dlm sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg mulia:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْعَثُ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ
“Sesungguh Allah ‘Azza wa Jalla mengutus bagi umat ini”
kata Al-Qari adl ummat ijabah namun memungkinkan juga dimasukkan ummat dakwah . Kata Al-Munawi rahimahullahu yg dimaukan dlm hadits ini adl ummat ijabah dgn dalil disandarkan kata ad-din kepada mereka dlm ucapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Adapun maksud dari ucapan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِئَةِ سَنَةٍ
“di penghujung tiap seratus tahun” adl akhir dari seratus tahun atau awal ketika sedikit ilmu dan sunnah di tengah umat sebalik kejahilan menyebar dan banyak kebid’ahan. Namun yg tepat yg dimaukan dlm hadits ini adl akhir dari seratus tahun bukan awalnya. Dengan bukti dari Al-Imam Az-Zuhri dan Al-Imam Ahmad bin Hanbal serta selain kedua dari kalangan para imam yg terdahulu maupun yg belakangan rahimahumullah. Mereka sepakat bahwa mujaddid yg muncul pada akhir seratus tahun yg pe rtama1 adl Amirul Mukminin ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu. Dan seratus tahun yg kedua2 adl Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu. Sementara ‘Umar bin Abdil ‘Aziz wafat pada tahun 101 H dlm usia 40 tahun dan masa kekhilafahan beliau 25 tahun. Sedang Al-Imam Asy-Syafi’i wafat pada tahun 204 H dlm usia 54 tahun.
Al-’Allamah Al-Muhaddits Al-Munawi rahimahullahu berkata: “Dimungkinkan perhitungan seratus tahun itu dari kelahiran Nabi bi’tsah hijrah beliau ke Madinah atau wafat beliau. Bila ada yg mengatakan bahwa yg kedua lbh dekat/tepat mk pendapat itu tdk jauh dari kebenaran. Akan tetapi As-Subki dan lain secara jelas menyatakan bahwa yg dimaukan adl yg ketiga .
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا
“Seseorang yg mentajdid agama umat ini” yakni orang itu menerangkan tentang As-Sunnah sehingga jelas mana yg bid’ah. Ia menyebarkan ilmu menolong ahlul ilmi mematahkan dan merendahkan ahlul bid’ah.
Jumlah mujaddid yg Allah Subhanahu wa Ta’ala tampilkan dlm tiap kurun bisa jadi hanya satu namun bisa pula berbilang. Mujaddid tersebut harus merupakan seorang alim yg mengetahui ilmu agama secara dzahir maupun batin. Demikian faidah yg diambil dari ucapan Al-Munawi.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani rahimahullahu berkata: “Pemahaman yg menyatakan bahwa jumlah mujaddid di tiap kurun itu bisa berbilang lbh dari satu memiliki sisi kebenaran. Karena terkumpul sifat-sifat yg dibutuhkan utk men-tajdid perkara agama ini tdk dapat dibatasi pada satu jenis kebaikan saja. Dan tdk mesti seluruh perangai kebaikan dapat terkumpul pada satu orang kecuali bila orang itu semacam ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu krn beliau bangkit menegakkan perkara agama ini pada akhir seratus tahun yg pertama dlm keadaan beliau mempunyai seluruh sifat-sifat kebaikan dan terdepan dlm sifat-sifat tersebut. Karena itu Al-Imam Ahmad rahimahullahu memutlakkan bahwa ahlul ilmi membawa hadits tersebut atas ‘Umar bin Abdil ‘Aziz . Adapun setelah adl Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu. Walaupun Al-Imam Asy-Syafi’i memiliki sifat-sifat yg bagus namun beliau bukan orang yg menegakkan perkara jihad dan bukan orang yg memegang kekuasaan yg dapat memerintah/menghukumi dgn adil.3 Berdasarkan hal ini mk tiap alim yg memiliki salah satu sifat-sifat yg demikian di penghujung seratus tahun mk dialah mujaddid yg diinginkan baik jumlah berbilang atau hanya satu.”
Makna tajdid sendiri adl menghidupkan apa yg telah terkubur ataupun runtuh berupa pengamalan terhadap Al-Qur`an dan As-Sunnah. Ataupun menghidupkan hukum-hukum syariat yg telah runtuh dan bendera-bendera As-Sunnah yg telah hilang dan ilmu-ilmu agama yg dzahir maupun batin yg telah tersembunyi.4
Seorang mujaddid bukanlah seorang pengacau agama. Makna inilah yg dipahami kebanyakan orang bahwa mujaddid adl seseorang yg mengajarkan jalan baru dlm agama yg sebenar lbh pantas dikatakan pengacau agama. Seperti kesalahpahaman orang Indonesia yg menyatakan Nurcholish Madjid sebagai mujaddid ataupun Muhammad ‘Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani yg dianggap sebagai mujaddid. Bukan pula mujaddid adl seorang politikus sebagaimana anggapan sebagian orang bahwa mujaddid adl seorang politikus ulung seperti yg dikatakan orang terhadap Abul A’la Al-Maududi ataupun Dr. Taqiyuddin An-Nabhani pendiri Hizbut Tahrir. Demikian pula mujaddid bukanlah seorang pemberontak yg memberontak terhadap pemerintah dan negara seperti yg dikatakan orang terhadap Hasan Al-Banna Sayyid Quthb atau Sa’id Hawa. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa seorang mujaddid tidaklah membawa agama baru pemikiran baru atau jalan baru. Tetapi ia mengajak manusia utk kembali kepada agama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg murni setelah mereka melupakan agama Nabi mereka dan tenggelam dlm kebodohan kebid’ahan dan kesesatan.
Penjagaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap Agama ini di antara dgn Menampilkan para Mujaddid
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah lama wafat namun agama beliau tetap terjaga sampai hari ini dan sampai nanti ketika datang hari kiamat. Al-Qur`an yg diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau tetap murni sebagaimana saat diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kali yg pertama. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan pemeliharaan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنَ
“Sesungguh Kamilah yg menurunkan Adz-Dzikra dan Kami juga yg akan menjaganya.”
Al-’Allamah Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata: “Tidaklah dipalingkan satu makna dari makna-makna Al-Qur`an kecuali Allah akan mendatangkan orang yg akan menerangkan al-haq yg nyata pada Al-Qur`an tersebut.”
Tidak hanya Al-Qur`an yg terjaga kemurnian namun juga Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg merupakan tafsir atau penjelasan dari Al-Qur`anul Karim. Para ulamalah yg dipilih Allah Subhanahu wa Ta’ala utk meneruskan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seluruh alam krn mereka adl pewaris ilmu para Nabi. Dengan keberadaan mereka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga agama-Nya.
Demikianlah setelah diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Allah Subhanahu wa Ta’ala tdk membiarkan umat ini terus tenggelam dlm kebodohan lupa akan petunjuk dan bimbingan agamanya. Di tengah umat ini selalu ada orang2 yg Allah munculkan utk mengadakan perbaikan ketika manusia membuat kerusakan. Di tengah mereka mesti ada Ath-Tha`ifah Al-Manshurah Al-Firqatun Najiyah. Dan di tiap penghujung seratus tahun atau satu abad dari perjalanan waktu di tengah mereka mesti akan tampil seorang atau lbh ulama mujaddid yg akan mengajak mereka utk kembali kepada ajaran agama Islam yg murni seperti yg dibawa Nabi umat ini Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana kemunculan dipastikan dlm hadits yg telah kita bawakan di atas.
Al-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu Sosok Pembaharu
Salah seorang sosok mujaddid yg Allah Subhanahu wa Ta’ala munculkan di abad ke-12 Hijriyyah atau bertepatan dgn abad ke-19 Masehi adl Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin ‘Ali At-Tamimi Al-Hanbali rahimahullahu yg bertempat di negeri Najd Saudi Arabia. Beliau lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H. Banyak karya tulis yg berbicara tentang beliau yg disifati sebagai seorang peng-ishlah yg agung seorang mujaddid Islam seorang yg berada di atas petunjuk dan cahaya dari Rabb dan banyak lagi kebaikan-kebaikan yg sulit utk dihitung.
Syaikh Mujaddid ini disifati demikian tdk lain krn beliau seorang alim salafi dari sisi aqidah dan manhaj hingga pantas disifati dgn sifat-sifat kesempurnaan dan disebut dgn sebutan yg merupakan perangai kebaikan dan amal kebajikan. . Barakah dakwah beliau terus dirasakan oleh umat Islam sampai hari ini walaupun beliau telah wafat 221 tahun yg lalu . Tidak sebatas di negeri tetapi juga sampai ke seluruh negeri yg ada di berbagai belahan bumi ini termasuk pula negeri kita Indonesia. Kitab-kitab karya beliau tersebar ke segala penjuru negeri dibaca dipelajari dan dijadikan rujukan oleh para penuntut ilmu seperti kitab Al-Ushuluts Tsalatsah Kasyfusy Syubuhat Kitabut Tauhid Masa`ilul Jahiliyyah dan masih banyak lagi.
Para ulama setelah beliau banyak yg mensyarah karya-karya beliau menjadi satu atau beberapa kitab yg tebal. Satu hasil nyata dari dakwah beliau adl berdiri kerajaan tauhid Saudi Arabia dan tetap tegak sampai hari ini sebagai satu-satu negara yg mengibarkan bendera tauhid dan menyatakan perang terhadap kesyirikan. Walillahil hamdu .
Pada awal dakwah Syaikh yg mulia ini melihat kebodohan tersebar di seluruh negerinya. Beliau melihat manusia berbolak-balik menuju ke pelepah kurma dan kuburan utk memohon kepada penghuni kubur dan benda-benda mati dgn permintaan yg semesti tdk diminta kecuali kepada Pencipta langit dan bumi. Beliau melihat manusia meminta ampunan dan kesembuhan kepada penghuni kubur sebagaimana mereka juga dikuasai oleh ketakutan yg sangat terhadap para setan di mana hal itu membawa mereka utk berlindung kepada setan.
Saat berkeliling negeri utk menuntut ilmu beliau juga melihat umat Islam hidup dlm kejahiliyahan yg sama dgn umat di negerinya. Di samping itu beliau melihat Kitabullah tdk lagi menjadi rujukan dlm pengambilan hukum namun justru manusia berhukum dgn selain hukum Allah. Inilah fenomena yg mendorong Syaikh utk mengadakan perbaikan aqidah dan hukum sehingga hukum hanya milik Allah dan ibadah hanya ditujukan pada-Nya demikian pula mutaba’ah hanyalah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menyerang kejahiliyahan dan berseru dgn lantang kepada manusia bahwa mereka tdk di atas agama Islam sedikitpun.
Beliau pun mengajak mereka utk kembali kepada Islam yg hakiki beribadah kepada Allah saja tdk menyekutukan-Nya dgn sesuatu pun dan agar ketaatan hanya ditujukan kepada Rasul-Nya. Beliau mengajak mereka agar beribadah kepada Allah dgn ajaran yg dibawa oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa mengadakan-adakan perkara baru dlm agama dan agar hukum yg diambil dari Kitabullah dan Sunnah Rasul dijadikan sebagai pokok bukan sekedar pembungkus dlm pendapat-pendapat undangundang atau adat. Beliau membawa mushaf guna mengajak manusia agar kembali kepada merasa cukup dengan dan dgn As-Sunnah sebagai penjelas dan perinci apa yg global dlm Al-Qur`an.
Berawal dari sini bangkitlah orang2 yg mendukung kehidupan jahiliyyah. Mereka pun bereaksi dan berteriak bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab datang membawa agama baru dan menganut madzhab yg kelima. Namun Syaikh tetap berlalu dgn dakwah beliau tanpa mengindahkan apa yg mereka ucapkan dan sebarkan.
Banyak sumbangsih yg diberikan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu kepada kaum muslimin yg semesti disyukuri. Namun ada saja orang yg hasad kepada beliau atau orang yg dakwah berseberangan dgn dakwah yg beliau tegakkan. Mereka menyimpan kebencian kepada beliau bahkan menyebarkan ucapan-ucapan jelek dan tuduhan palsu tentang beliau dan dakwahnya. Sehingga tdk sedikit orang awam yg termakan ucapan mereka. Akibat beliau dibenci dan dicaci oleh mereka dan dakwah seperti yg beliau ajarkan dijauhi.
Ditempelkanlah gelar Wahabi kepada pengikut dakwah beliau seakan beliau dan pengikut dakwah beliau berjalan di atas selain jalan yg haq dan membentuk madzhab yg kelima dlm Islam. Padahal dakwah beliau adl dakwah kepada tauhid yg murni memperingatkan dari kesyirikan dgn seluruh jenis seperti bergantung kepada orang2 mati dan yg lain baik berupa pepohonan bebatuan dan semisalnya.
Dalam masalah aqidah beliau rahimahullahu berada di atas madzhab As-Salafus Shalih dlm fiqih beliau berpegang dgn madzhab Al-Imam Ahmad rahimahullahu sebagaimana ditunjukkan dlm kitab-kitab karya beliau fatwa-fatwa beliau dan kitab-kitab karya pengikut beliau dari kalangan anak dan cucu-cucu serta selain mereka.
Dengan demikian Wahabiyyah bukanlah madzhab kelima seperti anggapan orang2 bodoh dan orang2 yg benci. Dia hanyalah dakwah kepada aqidah salafiyyah dan memperbaharui apa yg telah roboh dari bendera-bendera Islam dan tauhid di jazirah Arab.
Aqidah dan Keyakinan Al-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu
Tuduhan orang2 yg benci ataupun orang2 bodoh bahwa Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu membawa agama baru dan menyimpang dari ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tdk terbukti. Bahkan bukti yg ada menunjukkan bahwa beliau di atas al-haq dan dakwah yg beliau sampaikan adl dakwah yg haq mencocoki ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikut ini kita bawakan aqidah yg beliau yakini guna menepis tuduhan dan membuang keraguan dari orang2 yg ragu.
Ketika penduduk Qashim menanyakan tentang aqidah beliau beliau menyatakan bahwa aqidah yg beliau yakini adl aqidah Al-Firqatun Najiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Dan hal ini beliau amalkan dan jalankan selama hidup beliau. Aqidah tersebut berupa:
1. Iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kitab-kitab-Nya rasul-rasul-Nya kebangkitan setelah mati dan iman terhadap takdir yg baik maupun yg buruk.
2. Termasuk iman kepada Allah adl mengimani sifat-Nya yg yg disebutkan-Nya dlm kitab-Nya dan lewat lisan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa tahrif dan tanpa ta’thil tanpa takyif dan tamtsil .
3. Al-Qur`an adl Kalamullah yg diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan makhluk. Al-Qur`an berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan kembali kepada-Nya.
4. Mengimani seluruh yg dikabarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa hal-hal yg terjadi setelah kematian fitnah dan ni’mat kubur dikembalikan ruh kepada jasad pada hari kiamat ada mizan dibagikan catatan amal para hamba ada telaga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg air lbh putih dari susu rasa lbh manis daripada madu dan bejana sejumlah bintang-bintang di langit siapa yg meminum ia tdk akan haus selama-lamanya. Termasuk pula mengimani ada shirath yg dibentangkan di atas dua tepi Jahannam yg akan dilewati manusia sesuai kadar amal mereka. Mengimani ada syafaat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada surga dan neraka yg telah diciptakan dan sekarang telah ada. Dan mengimani bahwa kaum mukminin akan melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn mata kepala mereka pada hari kiamat.
5. Mengimani bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adl penutup para nabi dan rasul.
6. Meyakini bahwa shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg paling afdhal adl Abu Bakr kemudian ‘Umar dan ‘Utsman yg berikut kemudian ‘Ali. Setelah adl enam shahabat yg tersisa dari 10 shahabat yg dijanjikan masuk surga 5 lalu para shahabat yg mengikuti perang Badar berikut para shahabat yg berbai’at di bawah pohon .
7. Beliau berloyalitas kepada para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyebut mereka dgn kebaikan ridha kepada mereka memohonkan ampunan utk mereka menahan diri dari menyebut kesalahan mereka dan diam dari perselisihan yg pernah terjadi di antara mereka.
8. Sebagaimana beliau pun ridha kepada Ummahatul Mukminin radhiyallahu ‘anhunna.
9. Menetapkan ada karamah wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
10. Tidak mempersaksikan seseorang dari kaum muslimin dgn pernyataan ‘Fulan penduduk surga’ atau ‘Fulan ahlun nar ’ kecuali yg telah dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penduduk surga atau penduduk neraka.
11. Tidak mengkafirkan seseorang dari kaum muslimin krn dosa yg diperbuat dan tdk pula mengeluarkan dari lingkaran Islam.
12. Beliau memandang jihad tetap berlangsung bersama tiap imam/pemimpin yg baik ataupun yg fajir/jahat.
13. Boleh shalat berjamaah di belakang pemimpin yg jahat.
14. Wajib mendengar dan taat kepada pemimpin kaum muslimin yg baik ataupun yg fajir selama mereka tdk memerintahkan utk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
15. Siapa yg memegang khilafah manusia berkumpul dan ridha pada atau ia menguasai mereka dgn pedang hingga menjadi khalifah mk ia wajib ditaati dan haram memberontak padanya.
16. Beliau berpandangan harus memboikot ahlul bid’ah dan memisahkan diri dari mereka sampai mau bertaubat. Kita menghukumi mereka secara dzahir adapun batin mereka diserahkan urusan kepada Allah.
17. Meyakini bahwa tiap perkara yg diada-adakan dlm agama ini merupakan bid’ah.
18. Iman adl ucapan dgn lisan amalan dgn anggota badan dan pembenaran dgn hati bisa bertambah dgn ketaatan dan berkurang dgn maksiat.
19. Beliau memandang wajib amar ma’ruf nahi mungkar sesuai bimbingan syariat. (Lihat Qathul Janiyil Mustathab Syarhu ‘Aqidah Al-Mujaddid Muhammad bin Abdil Wahhab)
Demikianlah aqidah yg dianut oleh Syaikh Mujaddid tersebut yg secara jelas menggambarkan beliau adl seorang sunni salafi yg berjalan di atas jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam para shahabat tabi’in atba’ut tabi’in yakni jalan As-Salafush Shalih. Semesti tdk ada lagi keraguan akan kebenaran dakwah beliau setelah ada penjelasan ini. Dan silahkan gigit jari orang2 yg benci dan hasad kepada beliau dan kepada dakwah tauhid yg haq ini.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1 Abad pertama Hijriyyah
2 Abad kedua Hijriyyah
3 Sebagaimana semua itu ada pada diri Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu
4 ‘Aunul Ma`bud pada kitab Al-Malahim bab Ma Yudzkaru fi Qarnil Mi`ah dan mukaddimah Faidhul Qadir 1/10.
3 Sebagaimana semua itu ada pada diri Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu
4 ‘Aunul Ma`bud pada kitab Al-Malahim bab Ma Yudzkaru fi Qarnil Mi`ah dan mukaddimah Faidhul Qadir 1/10.
Sumber: www.asysyariah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar