Jumat, 02 April 2010

PRAKTEK SHALAT


1. TAKBIRATUL IHRAM


Berdiri santai dan kendor, setelah nyaman, sadari diri bahwa aku bukanlah tubuh ini, bukan hati. Aku adalah yang selalu sadar yang berada di atas perasaan, di atas tubuh, di atas pikiran dan di atas rasa gelisah.
Aku adalah makhluk mental (ruh) yang berasal dari tiupan Ilahi yang suci.
Kalau mata dipejamkan, aku akan bisa membedakan dan merasakan mana “aku” yang sebenarnya. Di situ ada aku yang memperhatikan sensasi tubuh, seperti lapar, sakit, sensasi yan menyenangkan, juga kesedihan.
Bukan aku yang sedih, yang sakit dan lapar, tetapi semua adalah sensai peralatan/instrumen yang dimiliki sang aku.
Sadari aku yang menguasai hati dan pikiran, jadilah tuan atas diri sendiri.
Pada kondisi ini hadapkan “aku” ke wujud DZAT YANG MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI dengan selurus-lurusnya, lalu bertakbirlah “ALLAHU AKBAR
2. DOA IFTITAH

Inni wajjahtu wajjhiya lilladzi fatharassamawaati wal ardh, haniifan musliman wama ana minal musyrikin
Rasakan kelurusan “aku” yang terbang dan berhadapan dengan wujud Dzat yang menciptakan langit dan bumi selurus-lurusnya, dan berikan komitmen aku bukanlah orang yang syirik
Innashalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbi’alamiin
Lakukan penyerahan diri secara total kepada wujud Dzat yang menciptakan alam semesta, bahwa aku milik DIA dan aku akan kembali kepadaNYA, shalatku, ibadatku, seluruh hidupku, matiku hanya untuk DIA
Lasyarikallahu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimin
Sampaikan komitmen kepadaNYA bahwa aku tidak akan berbuat syirik dan aku adalah muslimin sejati.

3. AL-FATIHAH

Bacaan Al-Fatihah, secara hakikat adalah merupakan pujian (4 ayat pertama) dan permohonan supaya kita tetap berada di orbit yang benar ( 3 ayat terakhir).
Ayat pertama, sang aku bertemu dan memuji Dzat Al-Hamid.
Ayat kedua, sang aku bertemu dan memuji Dzat Ar-Rahman, Ar-Rahiim
Ayat ketiga, sang aku bertemu dan memuji Dzat Al-Malik
Ayat keempat, sang aku bertemu dan memuji Dzat Ash-Shomad
Ayat kelima, enam dan ketujuh sang aku bertemu dan memohon kepada Dzat Al-Hadii
4. RUKU

Sambil terus menjaga kondisi sadar bahwa “aku” adalah ruh dari ALLAH yang sedang berkomunikasi dengan-NYA, ucapkan ALLAHU AKBAR dan lanjutkan dengan gerakan ruku’.
Sempurnakanlah ruku’ dengan tuma’ninah (rileks), dan sadari bahwa sang aku dengan instrumennya (tubuh) tunduk dan mengikuti kemauan DZAT YANG MAHA SUCI, MAHA AGUNG DAN MAHA TERPUJI.
Setelah sang aku benar-benar tunduk dan mengikuti kemauan-NYA, pujilah DIA :
Subhanarabiyal’Adzhimi Wabihamdihi 3 x
Pengulangan kalimat ini sampai tiga kali kalau dilakukan dengan menghadirkan seluruh instrumen sang aku, akan mempunyai terapi yang sangat kuat yang mampu menggetarkan hati bahkan tubuh.
Sebagai catatan selesainya bacaan bukanlah aba-aba untuk pergantian gerakan shalat. Kita sering menganggap, bahwa gerakan shalat bukan bagian dari pekerjaan shalat sehingga kita hanya berkosentrasi pada bacaannya saja untuk kemudian cepat-cepat menyelesaikannya. Padahal ruku’ merupakan rukun dari shalat itu sendiri, sehingga diperlukan gerakan yang sempurna dan tuma’ninah.
Jika sikap ruku’ ini dilakukan dengan sempurna (stretching), maka penyakit yang bersumber dari ruas tulang belakang dapat dihindari, seperti nyeri tulang belakang dan nyeri bahu
5. I’TIDAL



I’tidal merupakan gerakan dari sikap pengembalian setelah melakukan ruku’. Pada saat yang sama secara kejiwaan kita mengatakan Sami’allahu liman hamidah (Allah Maha Mendengar orang yang memuji-NYA).
Diamlah sebentar dan biarkan tulang-tulang kembali kepada posisi semula. Dengan melakukan gerakan I’tidal agak lama juga memberikan kesempatan agar aliran darah dari otak turun kembali ke seluruh tubuh.
Jaga terus kondisi sadar bahwa aku “ruh” dari ALLAH yang sedang berkomunikasi dengan-NYA.
Kembalikan semuanya kepada ALLAH, sambil mengucapkan “Rabbana Walakalhamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul ardhi wa-mil-umaa syi’ta min syai-in ba’du (Ya Tuhan, milik MU segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu)”
Jika dilakukan dengan benar dan menghadirkan seluruh seluruh instrumen sang aku, akan dirasakan sensasi kebebasan dan kemerdekaan yang luar biasa pada daerah yang luas tak terbatas.
Aku tidak mempunyai beban apa-apa, karena milik Tuhan telah kukembalikan.

Pada dasarnya rasa memiliki terhadap sesuatu inilah yang seringkali membuat kita sering tersiksa serta membuat kita panik dan gelisah.
Dengan sikap pengembalian ini, aku akan terbebas dari sensasi perasaan dan sensasi pikiran yang muncul dari otak, serta sensasi nafsu. Sang aku bukan itu semua.
Aku bebas dari itu semua, karena aku kembali kepada ALLAH.
Dalam psikologi kondisi ini disebut Gate Control Theory, yaitu hilangnya pengaruh sensasi tubuh termasuk rasa sakit, rasa gelisah, rasa sedih dan rasa capek, karena adanya rangsangan dari dalam diri sendiri yang lebih besar dibandingkan dari luar sehingga mengahambat rangsangan dari luar tersebut masuk ke dalam otak.
Rangsangan yang lebih besar pada saat pengembalian ini adalah meningkatnya tingkat kesadaran (altered states of consciousness), dimana muncul kesadaran jiwa untuk lepas dari ikatan tubuh.

6. SUJUD

Sujud merupakan puncak dari perjalanan ruhani. Pada saat ini, aku lepas dari seluruh ikatan duniawi, lepas dari apa yang dimiliki, dan lepas dari pengakuan-pengakuan diri.
Aku adalah hamba yang menerima kuasaNYA, dihidupkan, dinafaskan, diimankan, ditundukkan, digerakkan, ditaqwakan, diislamkan, dilembutkan, ditenangkan, diterangkan, dimatikan, dan diperjalankan menuju kehadiratNYA.
Nabi bersabda bahwa dari seluruh gerakan shalat di dalam sujud inilah saat yang paling dekat dengan ALLAH secara emosional.
Pada saat sujud aku sadar bahwa aku adalah makhluk yang rendah, yang lemah dan aku bukan apa-apa tanpa DIA SANG MAHA SUCI, MAHA TINGGI DAN MAHA TERPUJI, maka diperkuatlah kondisi ini dengan terapi kalimat yang memiliki kemampuan menggetarkan hati bahkan tubuh yang akan membawa aku masuk ke dalam diri yang bening dan akan menteraphy mental kita untuk menjadi manusia yang lebih baik, yaitu manusia yang selalu sadar akan dirinya (man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu), sehingga kita manusia akan selalu bersujud dalam segenap keadaan :
Subhannarabiyal A’la Wabihamdihi 3x


Ketinggian kesadaran manusia adalah setelah ia menyadari bahwa tubuhnya terbuat dari tanah, kemudian akan dikembalikan sebagai tanah asalnya dan kesadaran bahwa di dalam tubuh yang merupakan sebongkah tanah yang tidak bisa apa-apa ini ditiupkan ruh dari ALLAH. Ruh inilah yang akan pergi kehadiratNYA sebagai asal muasal sebelum ruh ditiupkan dan yang akan kembali kepadaNYA. Inilah ketinggian kesadaran ruhani yang tertinggi dalam dalam diri manusia.
Pada gerakan sujud, otot-otot akan berkonstraksi, akibatnya bukan saja otot-otot akan menjadi besar dan kuat, tetapi juga membuat urat-urat darah seperti pembuluh darah nadi (arteria) dan pembuluh darah balik (venae), serta urat-urat getah bening (lympha) akan terpijat, sehingga membuat peredaran darah menjadi lancar. Hal ini sangat baik untuk membantu pekerjaan jantung dan menghindarkan mengerutnya dinding-dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) (Prof. Hembing).
Pada waktu sujud darah dikirim ke otak, berkumpul di otak dan mengalirkan kebutuhan oksigen untuk otak. Oksigen in sangat dibutuhkan otak. Kebutuhannya sampai 20% dari seluruh oksigen yang masuk ke dalam tubuh.

7. DUDUK IFTIRASY

Pada duduk iftirasy, tetap pertahankan kondisi jiwa tetap berada di atas, selalu berada dalam keadaan mi’raj (fly) di atas sensasi tubuh dan selalu ada di dalam kesadaran sedang berhadapan dengan sang Khalik (Ihsan).
Di dalam duduk iftirasy terdapat bacaan do’a yang kita komunikasikan dengan ALLAH, memohon pertimbangan (petunjuk), memohon kesejahteraan, kesehatan maupun ampunan.
Secara psikologis manusia akan merasa lega setelah melampiaskan persoalan yang menghimpitnya kepada sahabatnya yang paling dekat, ia akan merasa puas apabila sang sahabat memberikan tanggapan dan empati yang menenangkan, meghibur dan memberinya jalan keluar. Kondisi ini akan terasa sampai hari-hari berikutnya, persoalan di dalam dadanya terasa dicabut.

Warhamni (Rahmati aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA PEMURAH (AR-RAHMAN) dan tunggu respon NYA. Rasakan rahmatNYA yang sudah diberikan selama kepada kita (kita dinafaskan, jantung kita didenyutkan, rasa iman yang diberikan, dll) dan rasakan sesuatu energy kasih sayang yang sangat lembut yang mengalir yang mampu mengetarkan hati, mengguncang dada, dan yang akan menjadi kekuatan kita (kekuatan dalam kelembutan) dalam menempuh hidup ini.
Wajburni (Sempurnakan aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA SEMPURNA dan tunggu responNYA berupa energy Ilahi yang akan membenahi kekurangan dan kelemahan kita, energy yang begitu sempurna yang menggetarkan hati.
Kondisi seperti inilah di dalam duduk iftirasy yang akan dicapai, persoalan yang menghimpit disampaikan kepada ALLAH sebagai DZAT YANG MENCIPTAKAN (AL-KHALIK), dan sebagai DZAT YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK (AL-HADI), akan terasa lega dan lapang karena persoalan yang dihadapi sudah disampaikan kepada ALLAH SANG PENGUASA LANGIT DAN BUMI.
Warfa’ni (Muliakan aku/Tinggikan derajatku ya Allah)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MULIA (AL-MAAJID) dan MAHA MENINGGIKAN (AL-MUTA’AALI) dan tunggu responNYA berupa getaran, yang dengan ketinggian derajatNYA akan mengangkat martabat kita.
Warzuqni (Berilah aku rezki ya Allah)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MEMBERI RIZKI (AR-ROZZAAQ) dan sampaikan dengan bathin tentang persoalan rizki dan usaha kita, lalu diam sampai pikiran menjadi nol (zero mind), bukan melamun, agar kita mampu menangkap getaran ilham. Ilham itu akan turun spontan ke dalam pikiran spiritual anda berupa insight, yaitu berupa bahasa setitik (enlightment) tetapi mengandung ilmu pengetahuan yang sangat luas. Datangnya dengan tiba-tiba, bukan hasil lamunan, yaitu sebuah keputusan yang jelas dan tidak meragukan. Biasanya suasana ini masih terasa saat dibawa ke dalam aktivitas di luar shalat.
Hal ini baik bagi orang yang sibuk serta banyak memerlukan inspirasi dan kreasi dalam menjalankan pekerjaannya
Wahdini (Tuntunlah/Tunjukilah aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MEMBERI PETUNJUK (AL-HADII) dan sampaikan dengan bathin tentang persoalan dan permasalahan kita, lalu diam sampai pikiran menjadi nol (zero mind), bukan melamun, agar kita mampu menangkap getaran ilham atau tuntunan (isymat) yang terkadang disampaikan melalui tanda alamiah sambil dibarengi perasaan yang jelas. Biasanya suasana ini masih terasa saat dibawa ke dalam aktivitas di luar shalat.
Jangan mengatur kehendak Allah, biarkan Allah yang mengatur dengan kemauanNYA yang haq
Rasullullah telah mempraktekannya, di saat beliau mengalami kebuntuan di dalam menjalankan strategi dakwahnya serta mendapatkan serangan dan ancaman dari kaum kafir, maka beliau segera melakukan shalat dua rakaat.
Wa a’fini (Sehatkan/Sembuhkan aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA MEMULIHKAN/MAHA MENGEMBALIKAN (AL-MU’IID).
Pikirkan tubuh yang terasa sakit, lalu sampaikan rasa sakit itu kepada Allah secara bathin sampai dirasakan respon getaran Ilahi mengalir terhadap bagian yang sakit itu yang kemudian secara pelan-pelan akan terasa berkurang rasa sakitnya.
Serahkan kontrol tubuh yang tampak (jasad) dan yang tidak tampak (roh/jiwa) kepada Allah.
Jangan memaksa Allah dalam melakukan penyembuhan terhadap sakit kita, kita diminta untuk berserah diri.
Kalaupun Allah menolak untuk menyembuhkan, itupun akan disampaikan melalui shalat kita, dan kitapun dipersiapkan (dialiri rasa bersedia oleh Allah) untuk menerima atas keputusan Allah tersebut, sehingga sakit bukan lagi sebagai siksaan tetapi menjadi sarana untuk menyerahkan diri dengan serela-relanya.

Wa’fu’anni (Maafkan aku)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA PEMAAF (AL-’AFUWW).
Sampaikan permohonan maaf secara bathin kepada Allah dengan sepenuh jiwa, agar respon maaf dari Allah itu dikirimkan ke dalam jiwa dengan getaran yang menyejukkan jiwa sehingga kita bisa merasakan kelegaan dan keluasan jiwa yang luar biasa.
Praktek duduk iftirasy :
Duduklah dengan tenang dan rileks, tetap pertahankan kondisi jiwa tetap berada di atas, selalu berada dalam keadaan mi’raj (fly) di atas sensasi tubuh dan selalu ada di dalam kesadaran sedang berhadapan dengan sang Khalik (Ihsan), dan ucapkan :
Rabbighfirly (Ampunkan aku ya ALLAH)
Diamlah sejenak sampai dirasakan aku berhadapan dengan DZAT YANG MAHA PENGAMPUN (AL-GHAFUR) dan tunggu respon ampunanNYA. Rasakan sesuatu mengalir ke dalam dada, sesuatu yang sangat menyejukkan yang membuat kita merasa lapang dan lega.
Tasyahud merupakan persaksian dan penghormatan seorang hamba kepada Allah Tuhan Semesta Alam. Pada saat ini kita sedang berada dalam kesadaran tertinggi berhadapan denganNYA. Perjalanan spiritual telah sampai kepada tujuan utamanya yaitu untuk ber-musyahadah dan memberi penghormatan yang setinggi-tingginya kepada ALLAH Sang Penguasa Alam Semesta. Inilah cita-cita yang ditunggu-tunggu orang mukmin, yaitu bertemu langsung dengan Allah mengungkapkan dan mengenang kerinduan persaksian ruh di alam azali di saat Allah berkata “Alastu birabbikum? Qaluu bala syahidna” (Al-A’raaf 172)
TASYAHUD AWAL DAN AKHIR

Attahiyatul mubarakatush shalawatut thayyibatulillah
Sadari bahwa kita sedang bertemu dengan Allah (musyahadah). Sikap ini harus dijaga agar kita mendapatkan getaran iman secara konkret serta keberkatanNYA. Sampaikan salam penghormatan secara bathin yang paling tinggi kepada Allah dan tundukkan hati agar keberkatan mengalir ke dalam hati kita. Diamlah sejenak dan tunggu respons getaran keberkatan tersebut dari Allah, getaran yang lembut dan
Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh
Ucapkan salam kepada para nabi dengan menitipkannya kepada ALLAH agar rahmat dan keberkatannya selalu tercurah kepada para nabi.
Assalamu’alaina wa’ala ibadillahish shalihin
Mohonkan keselamatan untuk diri kita (ruh) dan ruh hamba-hamba Allah yang saleh yang berada disisiNYA
Asyhaduanlaailaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasullullah.
Kesadaran tertinggi ini yang diiringi dengan kerinduan kepadaNYA mengenang saat kesaksian di alam azali “Alastu birabbikum? Qaluu bala syahidna “ Kerinduan yang tumpah ruah yang membuat hati tergetar, diam tak bisa berkata-kata karena begitu besarnya rahmat Allah yang mengalir. Getaran kerinduan yang menderaikan air mata, yang menggetarkan hati dan fisik kita.
Allahuma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim
Berdoalah secara bathin kepada Allah dan titipkan salam agar Allah mengalirkan shalawat kepada Rasullullah dan keluarganya sebagaimana Allah telah memberikan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Wa barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim. Fil ‘alamina innaka hamidum majiid.
Mohonlah keberkatan untuk Rasullullah dan keluarganya sebagaimana Allah telah memberikan keberkatan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Diamlah sejenak, kemudian tutuplah dengan salam
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar