Kamis, 29 April 2010

7 Perkara Pembawa Petaka

Ibrahim Bin Adham, salah seorang tokoh spiritual dan ulama terkenal dengan nasihatnya dan petuahnya yang hidup abad 3 H, sering didatangi oleh para tamu yang shalih. Kedatangan mereka disambut gembira dan sangat menarik perhatian Ibrahim. Kesempatan itu tidak disia-siakanya. Dia bisa menghirup banyak ilmu ma’rifat dari mereka laksana air sejuk yang turun dari langit, dia teguk satu demi satu nasihat para tamu tersebut untuk menambah dan memperbaharui keimanan. Sampai akhirnya dia mohon bimbingan praktis bagaimana agar bisa menghayati kehidupan yang sebenarnya. Ia juga tahu bahwa seseorang tidak hanya memberi nasihat selalu, akan tetapi di sisi lain dia juga harus sering meminta nasihat dan belajar dari orang lain. ” Tuan-tuan Syaikh yang sangat saya hormat ,” kata Ibrahim membuka pembicaraan, “Bimbinglah aku hingga aku bisa takut kepada Allah seperti takutnya kalian kepada-Nya”. “Wahai Ibrahim! Ada tujuh perkara yang harus senantiasa kau ingat dan kau amalkan dalam usahamu mendekatkan diri kepada Allah,” nasihat para tamu tersebut :
Pertama, orang yang banyak bicara tanpa manfaat , jangan terlalu banyak berharap bisa memperoleh hati yang terjaga dan jiwa yang bersih. Biasanya orang yang banyak bicara adalah orang yang sedikit akalnya.
Kedua, orang yang banyak makan, jangan banyak berharap akan memperoleh ilmu dan hikmah. Perut yang kekenyangan akan menyebabkan kemalasan dan pikiran menjadi tumpul.
Ketiga, orang yang banyak menghabiskan waktunya untuk duduk-duduk dengan manusia lain, jangan banyak berharap akan memperoleh manisnya rasa beribadah kepada Allah. Ia hanya bisa menggunjing dan membicarakan kekurangan orang lain, sementara kekuranganya sendiri ditutup-tutupi.
Keempat, orang yang terlalu cinta kepada dunia, jangan banyak berharap akan bisa memperoleh kematian yang tenang pada akhir hayatnya. Ia lebih memikirkan dunianya daripada akhiratnya.
Kelima, orang yang jahil dalam ilmu pengetahuan, jangan banyak berharap akan memperoleh hati yang senantiasa terjaga. Ia berbuat sesuatu didasari kebodohan dan nafsu belaka.
Keenam, orang yang memilih bersahabat dengan orang dzalim, jangan banyak berharap bisa memeperoleh istiqomah dan keteguhan hati serta kemantapan dalam menjalankan kewajiban agamanya. Ia tidak punya pendirian dan selalu terpengaruh oleh mereka.
Ketujuh, orang yang mencari keridhaan manusia, jangan banyak berharap akan bisa memperoleh keridhaan Allah. Ia rendahkan diri dihadapan sesama manusia sementara kepada Allah ia congkak dan tidak patuh. Ibrahim tertunduk penuh kekhusyukan mendengarkan ibadah nasihat itu. “Disadur Dari Majalah Media Ummat” (Pasukan Langit, 7 Januari 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar